Pernahkah Anda merasakan sensasi tidak nyaman seperti makanan atau cairan asam yang "balik arah" dari perut menuju kerongkongan, bahkan hingga ke mulut? Jika ya, Anda mungkin sedang mengalami salah satu keluhan pencernaan yang paling umum, yaitu naiknya asam lambung ke kerongkongan. Meskipun sering dianggap sepele, kondisi ini bisa sangat mengganggu dan jika terjadi berulang kali, bisa menjadi pertanda adanya masalah yang lebih serius seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
Memahami berbagai ciri-ciri asam lambung naik ke kerongkongan adalah langkah penting agar Anda bisa lebih waspada dan mengambil tindakan yang tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas gejala-gejala khas yang sering muncul ketika asam lambung "tersesat" ke jalur yang salah, serta sedikit membahas mengapa hal ini bisa terjadi.
Sebelum kita membahas ciri-cirinya, penting untuk memahami sedikit mekanisme di baliknya. Di antara kerongkongan (esofagus) dan lambung, terdapat sebuah katup otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (LES).
Seperti yang dijelaskan oleh National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), LES ini normalnya akan menutup rapat setelah makanan masuk ke lambung untuk mencegah isi lambung, termasuk asam, kembali naik.
Namun, pada beberapa kondisi, LES ini bisa melemah atau tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, "pintu" antara lambung dan kerongkongan tidak menutup sempurna, sehingga asam lambung yang bersifat korosif dapat dengan mudah mengalir kembali (refluks) ke kerongkongan, yang lapisannya tidak dirancang untuk menahan paparan asam sekuat itu.
Hal tersebut akan menimbulkan gejala asam lambung naik ke kerongkongan seperti sensasi panas di dada (heartburn), sensasi cairan asam naik bahkan sampai mulut meninggalkan rasa pahit.
Ketika asam lambung berhasil "menyusup" ke kerongkongan, berbagai sensasi tidak nyaman bisa muncul. Berikut adalah beberapa ciri-ciri asam lambung naik ke kerongkongan yang paling sering dikeluhkan:
Ini adalah gejala paling ikonik dan seringkali menjadi keluhan utama. Anda akan merasakan sensasi perih, panas, atau terbakar yang biasanya dimulai dari area ulu hati (bagian atas perut, di bawah tulang dada) dan bisa menjalar naik hingga ke dada, bahkan kadang sampai ke tenggorokan. Heartburn seringkali memburuk setelah makan (terutama makanan pemicu seperti makanan berlemak, pedas, atau asam), saat membungkuk, atau ketika berbaring.
Selain heartburn, regurgitasi juga merupakan ciri yang sangat khas. Pasti akan merasakan adanya cairan asam atau sisa makanan yang belum tercerna naik kembali dari lambung ke kerongkongan, dan kadang-kadang sampai ke mulut, tanpa disertai mual atau kontraksi otot perut yang kuat seperti pada muntah. Rasanya bisa asam atau pahit.
Akibat dari regurgitasi asam, mulut Anda bisa sering terasa asam atau meninggalkan rasa pahit yang tidak enak, bahkan meskipun Anda baru saja menyikat gigi. Ini bisa sangat mengganggu dan terkadang menyebabkan bau mulut. Baca: Cara Mengatasi Mulut Pahit akibat Asam Lambung
Paparan asam yang berulang pada kerongkongan dapat menyebabkan peradangan (esofagitis). Jika peradangan ini berlangsung lama, bisa timbul jaringan parut yang mempersempit saluran kerongkongan (striktur). Akibatnya, Anda mungkin merasa makanan seperti tersangkut atau sulit melewatinya saat menelan. Kadang juga muncul sensasi ada benjolan atau sesuatu yang mengganjal di tenggorokan (globus sensation), meskipun tidak ada makanan.
Ini adalah salah satu gejala atipikal (di luar kerongkongan) yang seringkali tidak disadari sebagai akibat naiknya asam lambung. Asam yang naik hingga ke bagian atas kerongkongan dapat mengiritasi tenggorokan dan saluran napas bagian atas, atau bahkan teraspirasi (terhirup dalam jumlah kecil) ke paru-paru, memicu refleks batuk. Batuk ini biasanya kering, persisten, dan sering memburuk saat berbaring atau di malam hari.
Mirip dengan mekanisme batuk, asam lambung yang mencapai laring (kotak suara) dapat menyebabkan iritasi dan peradangan. Akibatnya, suara Anda bisa menjadi serak, parau, atau mungkin sering merasa perlu berdeham. Sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh tanpa adanya infeksi juga bisa menjadi pertanda.
Kadang-kadang, naiknya asam lambung dapat menyebabkan nyeri dada yang cukup hebat sehingga disalahartikan sebagai serangan jantung. Nyeri ini biasanya terasa di tengah dada, bisa tajam atau menekan. Namun, berbeda dengan nyeri jantung, nyeri dada akibat asam lambung seringkali berkaitan dengan waktu makan, posisi tubuh, dan dapat membaik dengan antasida. Meskipun demikian, jika mengalami nyeri dada, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis untuk menyingkirkan kemungkinan masalah jantung yang serius. Untuk pemahaman lebih mendalam tentang kondisi ini, baca panduan lengkap kami mengenai penyakit asam lambung (GERD).
Jika Anda mengalami ciri-ciri asam lambung naik ke kerongkongan hanya sesekali, mungkin perubahan gaya hidup sederhana sudah cukup membantu. Namun, menurut Mayo Clinic, Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika:
Dokter akan membantu menentukan apakah gejala disebabkan oleh refluks asam biasa, GERD, atau kondisi medis lain, serta memberikan penanganan yang tepat.
Mengetahui berbagai ciri-ciri asam lambung naik ke kerongkongan adalah langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan pencernaan Anda. Jangan abaikan sinyal-sinyal yang diberikan tubuh. Jika Anda sering mengalami gejala-gejala tersebut, perubahan gaya hidup seperti mengatur pola makan, menghindari makanan pemicu, dan tidak langsung berbaring setelah makan bisa sangat membantu.
Namun, untuk diagnosis yang akurat dan penanganan yang komprehensif, terutama jika gejala sering kambuh atau parah, berkonsultasi dengan dokter adalah pilihan terbaik. Anda juga dapat mendukung kesehatan lambung Anda dengan pilihan makanan yang tepat. Misalnya, Nutriflakes, dengan kandungan umbi garut dan serat pangan, bisa menjadi pilihan sarapan atau camilan yang lebih ramah untuk lambung Anda.
Disclaimer Medis:
Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi umum. Informasi yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional, diagnosis, atau pengobatan dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berkualifikasi. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan mengenai kondisi kesehatan atau pertanyaan medis yang Anda miliki.
Referensi Medis: