Penyakit asam lambung (GERD) tak lepas dari sensasi panas di dada (heartburn), mulut asem, atau makanan kayak mau balik lagi ke kerongkongan itu emang ganggu banget, ya. Biasanya sih, kalau lagi kambuh, kita minum obat, atur makan dikit, terus berharap cepet baikan.
Tapi, pernah kepikiran nggak, apa jadinya kalau penyakit asam lambung ini kita cuekin terus-terusan dalam waktu lama? Ternyata, dampaknya bisa lebih serius dari sekadar nggak nyaman sesaat, lho. Ibarat alarm kebakaran yang diabaikan, lama-lama bisa "kebakaran" beneran di sistem pencernaan kita.
Yuk, kita kupas tuntas apa aja sih komplikasi penyakit asam lambung jangka panjang yang perlu kita waspadai. Biar kita makin sadar pentingnya nanganin si asam lambung ini dengan benar!
Sebelum ngomongin komplikasinya, kita refresh dikit ya. Penyakit asam lambung (GERD) terjadi ketika asam dari lambung sering naik ke esofagus (kerongkongan). Harusnya, ada katup (sfingter esofagus bawah) yang jadi "portal" antara lambung dan kerongkongan. Nah, kalau portal ini melemah atau nggak berfungsi normal, asam lambung jadi gampang "nyelonong" naik.
Berikut pembahasan tentang berbagai komplikasi penyakit asam lambung jangka panjang, mekanisme terjadinya, dan upaya pencegahannya yang perlu Sobat Nutri ketahui!
Paparan asam lambung yang terus-menerus ke kerongkongan menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding esofagus, yang dikenal sebagai esofagitis. Peradangan ini bisa menimbulkan gejala nyeri hebat saat menelan, sensasi terbakar di dada, hingga penurunan nafsu makan. Jika tidak diobati, esofagitis bisa berkembang menjadi luka atau ulkus yang berdarah dan meningkatkan risiko infeksi.
Iritasi kronis dari asam lambung menyebabkan terbentuknya jaringan parut di kerongkongan. Jaringan parut ini lama-kelamaan menyempitkan saluran esofagus (striktur esofagus). Akibatnya, penderita mengalami kesulitan menelan, rasa makanan tersangkut di tenggorokan, hingga risiko tersedak. Striktur kerongkongan bukan kanker, tapo sangat mengganggu asupan nutrisi dan kualitas hidup.
Salah satu komplikasi paling serius adalah esofagus Barrett, yaitu perubahan sel pada lapisan bawah kerongkongan akibat iritasi asam lambung kronis. Sel-sel normal esofagus berubah menjadi tipe sel baru yang lebih tahan asam, tapi berisiko tinggi menjadi kanker esofagus (adenokarsinoma). Esofagus Barrett sering tidak bergejala khusus, sehingga hanya terdeteksi melalui endoskopi pada penderita GERD kronis.
Jika perubahan sel pada esofagus Barrett berkembang lebih lanjut, bisa terjadi kanker esofagus. Risiko ini memang kecil, tapi meningkat signifikan pada penderita GERD kronis yang tidak mendapatkan penanganan memadai. Kanker esofagus sering terlambat terdiagnosis karena gejalanya mirip dengan gangguan pencernaan biasa, seperti sulit menelan dan penurunan berat badan drastis.
Asam lambung yang naik secara kronis bisa mengikis lapisan kerongkongan hingga terbentuk luka atau tukak (ulkus). Luka ini menyebabkan nyeri hebat, perdarahan, dan meningkatkan risiko infeksi. Jika tukak semakin parah, proses menelan makanan pun akan terasa sangat sakit dan sulit.
Asam lambung yang mencapai tenggorokan atau bahkan terhirup ke saluran napas bisa menyebabkan komplikasi pada sistem pernapasan. Beberapa masalah yang dapat timbul antara lain asma, pneumonia, bronkitis, batuk kronis, hingga sesak napas. Hal ini terjadi karena asam lambung mengiritasi saluran napas dan paru-paru.
Asam lambung yang mencapai mulut bisa mengikis email gigi, menyebabkan gigi menjadi rapuh, berlubang, dan mudah rusak. Kerusakan gigi akibat asam lambung sering kali tidak disadari hingga kondisinya sudah parah, karena prosesnya berlangsung perlahan dan tanpa gejala awal yang jelas.
Paparan asam lambung yang berulang juga bisa menyebabkan peradangan pada pita suara (laringitis) dan tenggorokan, menimbulkan suara serak, nyeri tenggorokan, dan rasa mengganjal saat menelan. Komplikasi ini sering terjadi pada penderita GERD yang mengalami refluks hingga ke saluran napas atas.
Kabar baiknya, komplikasi ini bisa dicegah atau dikelola kalau kita serius menangani GERD sejak dini. Caranya?
Kalau perubahan gaya hidup belum cukup, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti antasida, H2 blocker, atau Proton Pump Inhibitor (PPI) untuk mengontrol produksi asam lambung. Ikuti anjuran dokter ya!
Komplikasi penyakit asam lambung jangka panjang sangat beragam dan bisa membahayakan kesehatan, mulai dari peradangan, penyempitan, perubahan sel prakanker, hingga kanker kerongkongan. Selain itu, risiko gangguan pernapasan dan kerusakan gigi juga harus diwaspadai.
Tapi, dengan kesadaran, perubahan gaya hidup, pola makan yang tepat dan bantuan medis jika diperlukan, kita bisa kok mengendalikan si asam lambung ini dan hidup lebih nyaman.
Jaga kesehatan lambungmu, ya! Karena lambung yang sehat itu aset berharga.